Ini merupakan salah satu bukti seorang pebisnis yang sukses dalam
mengais rejeki, penuh dengan ketekunan dan kesabaran. Kisah pendiri
produk pakaian jadi “Dannis” specialis pakaian muslim. Dengan modal awal
Rp.1juta dan keuletan berusaha kini beromset Rp 2 milyar.
Sebuah inspirasi bisa muncul dari mana saja, termasuk dari keluarga
sendiri. Tati Hartati pun bisa menjadi seorang pengusaha pakaian muslim
yang sukses berkat terinspirasi kemandirian ibu kandungnya.
Sewaktu kecil dulu, pemilik “Rumah Dannis” ini hidup dalam keprihatinan.
Untuk membeli pakaian saja tidak mampu. Bila ingin baju baru, sang ibu
rajin membuatkan baju untuk Tati dan juga saudara-saudaranya.
Alhasil, Tati terbiasa mengenakan pakaian hasil jahitan sang ibu. Begitu
pula ketika Hari Raya Lebaran tiba. Ketekunan dan ketelatenan sang ibu
inilah yang menjadi sumber ilham bagi Tati untuk memberanikan diri
menjahit pakaiannya sendiri saat duduk di kelas empat sekolah dasar
(SD).
Sejak itu pula Wati belajar mandiri. Setidaknya, dia tak lagi meminta
uang jajan kepada orangtuanya lantaran dia bisa mencari uang sendiri
dari jualan pakaian boneka dan tempat pensil. Apalagi hasil keterampilan
tangan Tati semakin terkenal di kalangan teman-temannya. “Di sekolah
jadi banyak yang tahu, dan pesanan terus bertambah,” kenang Tati.
Setelah lulus sekolah kejuruan itu, bukannya bekerja, Tati malah masuk
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tidak tanggung-tanggung, dia
bisa kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga berhasil meraih
gelar insinyur kimia.
Setelah lulus kuliah, Tati pun harus bekerja di kantoran. Maklum, ketika
itu sang ayah memasuki masa pensiun dari sebuah badan usaha milik
negara (BUMN). Tanggung jawab keluarga seolah berpindah ke pundak Tati.
“Ibu saya tidak bekerja dan ayah pensiun. Jadi, untuk biaya kuliah adik,
saya harus mencari uang,” kata Tati.
Setelah menikah pada 1998, ternyata sang suami tidak mengizinkannya
bekerja di kantoran. Larangan inilah yang menjadi dorongan kuat bagi
Tati untuk berjualan pakaian buatan sendiri. Dengan modal Rp 1 juta dari
suami, Tati mulai membuktikan keahliannya dalam menggambar dan
mendesain pakaian. Itu semua dia lakukan di sela-sela kegiatan mengurus
rumah dan anak.
Meski disambi mengurus rumah tangga, saban bulan, Tati mampu membikin 50
potong pakaian anak. Semuanya dia desain, jahit, dan bordir sendiri.
“Jiwa saya selalu ingin menghasilkan sesuatu,” ujar Tati.
Dan ternyata, baju anak hasil kreasinya diterima pasar. Tati pun kian
semangat. Dia juga mulai berani memasang merek Dannis pada baju
bikinannya.
Lantas, tumbuh pula kepercayaan dirinya untuk mengembangkan usaha. Tati
mulai memproduksi pakaian muslim dewasa, mukena, hingga jilbab.
Sayang, kali ini tidak laku. Toko-toko pakaian di Surabaya tidak mau
menjual produknya. Ternyata, pakaian muslim buatan Tati bukan segmen
dari toko-toko pakaian itu. Dia lantas berpikir, produk Dannis harus
jelas target dan segmentasinya. “Akhirnya saya fokuskan produk ini untuk
kalangan menengah ke atas,” tutur Tati.
Untuk bisa membuat model baju dengan mode mutakhir, Tati rajin menonton
acara mode di televisi, membuka majalah wanita, hingga jalan-jalan ke
berbagai kota. “Kalau lihat ada pameran fashion di televisi, saya selalu
membayangkan berada di acara tersebut dan melihat semua desain untuk
menyelami,” ujar Tati.
Omset Rp 2 miliar, Di dunia mode, Tati merasakan sebuah ide itu menguras
pikiran dan tenaga; hingga terkadang Tati merasa jenuh. Tapi, karena
bisnis ini menguntungkan, dia pun tetap senang menjalaninya.
Kemampuannya berimajinasi soal model membuat busana Dannis selalu segar.
Karena itu, tak perlu heran kalau bisnis Tati juga terus berkembang.
Sekarang ini Tati mampu memproduksi 35.000 potong baju dengan omzet
mencapai Rp 2 miliar per bulan. Harga termahal dari baju muslim bermerek
Dannis ini Rp 250.000.
Tati kini memperkerjakan 1.000 orang karyawan dengan melibatkan 500 agen
yang tersebar di kota-kota besar. Dia menerapkan konsep kemitraan.
“Jadi, saya tidak perlu membuat gerai, sehingga lebih efektif dan
efisien,” imbuh Tati.
Kendati sudah malang melintang di dunia busana, pakaian muslim buatan
Tati tak lepas dari kritikan, termasuk dari konsumen. “Saya anggap
kritikan itu sebagai pemacu untuk menampilkan produk yang lebih baik
lagi,” ujar Tati.
Referensi : diradja.wordpress.com
http://usahabisnis2.blogspot.co.id/2013/06/inilah-kisah-sukses-seorang-penjahit.html
No comments:
Post a Comment