Sejarah
kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai karakteristik
umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula revolusi industri
Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah
Amerika pada akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner mengemukakan
bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak dari orang tua yang mempunyai
kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter
menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi
berada dari semua kelas. Manajemen Kewirausahaan. Sosok kewirausahaan
yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai kearah kualitas manusia yang
semapan mungkin, dalam artian sangat memperhatikan struktur prioritas
kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan. nah untuk lebih jelas
makalah Manajemen Kewirausahaan silakan anda baca di bawah ini.
Dalam
kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya merupakan
produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi dari
sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin mengaktualisasikan
diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah amat sukses
dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai orang yang hidup
mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya,
namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat
mencolok.
Maka soal
kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu. Keadaan kaya
miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan yang bisa terjadi
kapan saja dalam kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli betapapun
piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya menggariskan bahwa seorang
Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak sombong pada
saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Pada era
orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan negara,
peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab
itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa
lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang
dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil
dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di
masa datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini
pemain-pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi.
Sebagai negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses
dan penyimpangan. Dengan masyarakat yang berlatar belakang non
entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak kurang
siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam birokrasi ke
iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan menyebakan para
pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang amat penting,
diantaranya faktor sikap mental (attitude), motivasi, etos kerja serta
kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap bertahan hidup.
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap bertahan hidup.
Kim Woo
Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali wirausahawan
memproklamirkan diri sebagai seorang Wirausahawan, maka semua pemikiran
dan tindakan wirausahawan adalah untuk usaha. Wirausahawan harus “
merendam “ jiwa raga wirausahawan kesana.
Makin lama
wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman
wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang
mempunyai komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu
untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya cara dan metode yang
diterapkannya disebut Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang
baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan
ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut
pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki
jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat
menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering
dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.
Mereka
“tampil beda”. Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang
Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak
pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan
ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang. Pada
saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika dan
Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi,
seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga
merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan
oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan
tetapi kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu
ia, dan Daewoo berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di
Asia serta diperhitungkan dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa.
Charles
Webber: 1970, mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, minimal
diperlukan 2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas pengusaha
menengah dan kecil, dan tentunya untuk dapat dan mau menjadi pengusaha
sangat diperlukan rangsangan makro maupun mikro serta bakat-bakat
kepemimpinan pada warga negara di suatu negara. Bagaimanakah dengan
kondisi kewirausahaan, kepemimpinan serta motivasi apa saja yang
mendorong para pengusaha kecil untuk berwira usaha?. Untuk inilah
makalah ini ditulis.
Sumber : https://wirausahainfo.blogspot.co.id
No comments:
Post a Comment